PERAN OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR
SEBAGAI
CERMIN
BUDAYA
BANGSA INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
Karya
Ilmiah yang berjudul
“ Objek Wisata Candi Borobudur ’’ telah di
sahkan dan disetujui pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 14 Desember 2016
Di susun oleh :
Pembimbing
I Pembimbing
II
Wali Kelas IX – H Guru
Mapel Bahasa Indonesia
................................... .....................................
NIP. .................................. NIP. .....................................
Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Tambakrejo – Bojonegor,
Drs.
H. Ali Maghfur, M.Pd
NIP.
19610421 198403 1 002
Kata
pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah kita sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan buku ini.
Buku
yang berjudul “ CANDI BOROBUDUR SEPANJANG MASA” ini di maksudkan untuk membantu
para pembaca yang ingin mengetahui riwayat atau isi dari Candi Borobudur secara
singkat dan sederhana.
Isi dari buku ini merupakan garis besarnya saja
sehingga akan mudah untuk di pahami.
Tidak
lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan dan penerbitan buku ini.
Akhirnya
kami ucapkan selamat membaca dan mudah – mudahan buku kecil ini akan menambah
pengetahuan dan referensi para pembaca.
Penyusun.
DAFTAR
ISI
LEMBAR
PENGESAHAN ……………………………….................
KATA
PENGANTAR ………………………………………..............
DAFTAR
ISI …………………………………………………............
BAB
I : PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang ……………………………………...........….
1. Lokasi
Candi Borobudur ……………………….....…...…
2. Beberapa
Penafsiran Nama Borobudur ……………....…..
3. Arti
atau Makna Candi Borobudur ……………….………
4. Fungsi
Candi Borobudur …………………………….…...
5. Pradaksina
………………………………………..…….....
B.
Rumusan
Masalah ………………………………...…..……..
C.
Tujuan
………………………………………………...……....
D.
Waktu
Pelaksanaan Penelitian …………………..………….
BAB II : SEJARAH CANDI
BOROBUDUR
1. Pendiri
dan Waktu Didirikan ……………………………....
2. Penemuan
Kembali ………………………………...……...
BAB
III : PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR
1. Pemugaran
Pertama ………………………………..………
2. Pemugaran
Kedua ……………………………….………...
BAB
IV : BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
1. Arsitektur
Bangunan ……………………………………....
2. Susunan
Bangunan ………………………………….……..
3. Patung
Budha ……………………………………………...
4. Kunto
Bimo ………………………………....……………..
5. Stupa
……………………………………………..………..
6. Relief
………………………………………………………
BAB
V : TAMAN WISATA ……………………………….....……….
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………….………...
BAB I
A.
Latar Belakang
Candi Borobudur merupakan salah satu
dari tujuh keajaiban dunia yang sampai saat ini menjadi pusat perhatian
masyarakat dunia baik dari segi kepariwisataan , arkeologi dan pengetahuan. Di
samping Candi Borobudur masih ada 2 candi lain yaitu candi Borobudur, candi
mendut, dan candi pawon sebagai Tri Tunggal candi.
Bagi para peziarah yang ingin
mencapai tingkat bodhisatwa, terlebih dahulu datang ke mendut untuk
menyampaikan penghormatan kepada budha. Kemudian ke candi pawon yang jaraknya +
2 km peristirahatan untuk mensucikan diri sebelum menginjak Borobudur, untuk
menyatakan sembahnyang dan doa untuk mencapai tingkat kebudhaan dan pembebasan
mutlak dan abadi.
Tiga serangkai candi mendut, Pawon
dan Borobudur tersebut terbujur pada satu garis lurus , merupakan kesatuan
perlambang.
Bangsa Indonesia dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang
melimpah, dan mempunyai daya tarik yang sangat mengagumkan. Hal ini perlu
disyukuri oleh seluruh bangsa Indonesia. Kita sebagai pelajar, diharapkan dapat
memelihara dan melestarikannya. Untuk itu, kita perlu belajar dengan baik,
supaya dapat menjadikan bangsa Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain.
Belajar tidak
hanya dilakukan didalam ruangan atau di dalam kelas. Belajar dapat dilakukan di
berbagai tempat. Bisa di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat.
Kegiatan belajar, akan lebih bermakna apabila siswa/siswi terlibat secara
langsung dalam pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan kebermaknaan
hasil belajar siswa, maka dapat dilaksanakan dengan cara study tour. Sekolah
kami, memilih study tour untuk tahun ajaran 2016/2017 ke Yogyakarta.
1.
Lokasi
candi Borobudur
Candi
Borobudur di dirikan diatas bukit dengan ketinggian 265,40 m , di atas
permukaan laut atau berada + 15 M di atas dataran di sekitarnya.
Candi
Borobudur terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang,
provinsi Jawa Tengah, + 41 km dari Yogyakarta. + 80 km dari kora semarang ibu
kota Provinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur juga di kelilingi oleh pegunungan
menorah di sisi selatan, Gunung Merapi (2441 m) dan gunung merbau (3142 m ) di
sisi timur , serta Gunung Sumbing (2271 m ) dan Gunung Sindoro (3135 m ) di
sisi Barat laut. Di sebelah Timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai Progo
dan Sungai Elo.
Lokasi
yang demikian mirip sekali dengan Pagoda Angkor di Kamboja , yang sama – sama
merupakan tempat suci Bagi Umat Budha.
2. Beberapa penafsiran Nama Borobudur
Dari
beberapa literature yang ada, dapat di sebutkan berbagai pendapat dari para
ahli antara lain :
1.
Kitab
Nagara Kertagama
Naskah dari
tahun 1365 masehi yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca,
menyebutkan kata “Budur” untuk sebuah bangunan Agama Budha dari Aliran
Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “ Budur” tersebut tidal lain adalah Candi
Borobudur. Karena tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat di ambil suatu
kesimpulan.
Candi Borobudur
yang megah , tampak dari jauh
2.
sir
thomas stamford raffles
penafsiran Borobudur pun dilakukan
Raffles berdasarkan keterangan masyrakat luas yang menafsirkan bahwa :
-
Budur ialah bentuk lain dari “Budo” dalam
bahasa jawa berarti “Kuno”. tetapi jika dikaitkan dengan Borobudur berarti
“Boro jaman Kuno” tapi itu tidak bisa di kaitkan dengan Candi Borobudur. karena
terkait dengan Budha. Dengan demikian Borobudur Sang Budha yang Agung.
-
Namun karena “Bhara” dalam bahasa jawa
kuno mengandung arti Banyak, maka borobudr bisa di artikan “Budha Yang Banyak”.
jika di kaji secara teliti maka keterangan yang di
kemukakan oleh Raffles tidak ada yg
memuaskan. “ Boro jaman Kuno” kurang mengena. “ sang budha yang agung “ maupun
“ budha yang banyak” kurang mencapai sasaran. perubahan kata “Budha menjadi
budur” misalnya perubahan demikian tidak dapat diterangkan dari segi ilmu
bahasa, karena sukar dapat diterima. (Soekmono, 1981)
3.
Poerbatjakara
Menurut Beliau “Boro” berarti “Biara” berarti Borobudur ialah “Biara Budur. penafsiran yanh sangat menarik dari yang lainnya karena sangat mengarah pada kebenaran dan bukti-bukti yang ada.
Menurut Beliau “Boro” berarti “Biara” berarti Borobudur ialah “Biara Budur. penafsiran yanh sangat menarik dari yang lainnya karena sangat mengarah pada kebenaran dan bukti-bukti yang ada.
Penyelidikan dan
penggalian yang di lakukan pada 1952 di
halaman sebelah barat laut bangunan Candi Borobudur telah
Jalan bertangga Menuju
Stupa Induk
Berhasil menemukan fondasi batu – batu dan genta perunggu
berukuran besar . penemuan fondasi dan batu – batu dan genta ini memperkuat
dugaan yaitu merupakan sisa – sisa dari sebuah biara.
Selanjutnya jika di
hubungkan dengan kitab Negara kertagama mengenai “ Budur” maka besar
kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat. Namun demikian
masih merupakan suatu pertanyaan mengenai Biara dalam hal ini penamaan
menggantikan candinya,padahal candi jauh lebih penting.
4.
De Casparis
Casparis menemukan kata Borobudr dalam sebuah prasasti yang di berinama prasastu Sri Kahulunan, prasasti ini berangka 842 masehi, didalamnya ditemui kata “Bhumi Shambhara budhara” yaitu sebutan bangunan yang suci untuk pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.
Casparis menemukan kata Borobudr dalam sebuah prasasti yang di berinama prasastu Sri Kahulunan, prasasti ini berangka 842 masehi, didalamnya ditemui kata “Bhumi Shambhara budhara” yaitu sebutan bangunan yang suci untuk pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.
Penelitian yang mendalam tentang keagamaan yang terungkap
dalam
prasasti
dan juga rekontruksi yang teliti terhadap geografi daerah terjadinya
peristiwa sejarah bertalian dengan prasati tersebut, maka De Casparis itu
menyimpulkan bahwa Bhumi Sambhara Budhara tidak lain adalah Borobudur.
Perubahan kata Bhumi Sambhara Bundhara
menjadi Borobudur dapat di terangkan sebagai akibar dari segala umum dalam
bahasa sehari – hari untuk menyingkat serta menyederhanakan ucapan. Sampai
sekarang banyak sarjana yang keberatan terhadap penafsiran De Casparis
itu. Tetapi haruslah di akui bahwa
sampai sekarang belum ada keterangan atau penafsiran yang tepat mengenai nama
Borobudur.
( Soekmono,1981).
5.
Drs. Soediman
Di dalam bukunya “
Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia “, menyebutkan bahwa arti nama Borobudur
sampai sekarang masih belum jelas. Di
jelaskan pula bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu “ Bara” dan Budur”.
Bara berasal dari kata sansekerta “VIhara” yang berate kompleks candid an “
Bihara” berarti asmara. “ Budur” dalam
bahasa bali beduhur yang artinya di atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama
atau vihara dan kelompok candi yang terletak di atas tanah yang tinggi atau
bukit.
3. Arti atau Makna
Candi Borobudur
Arti atau makna candi Borobudur secara filosofis adalah
merupakan lambing dari alam semesta atau Dunia Cosmos. Menurut ajaran Budha ,
alam semesta di bagi menjadi tiga unsur atau dhatu dalam bahasa sansekerta.
Ketiga susunan itu meliputi :
1. Unsur Nafsu , hasrat atau kamadhatu.
2. Unsur Wujud, rupa, bentuk atau rupadhatu
3. Unsur tak terwujud , tanpa rupa, tak terbentuk atau
Arupadhatu.
4. Fungsi candi
Borobudur
Fungsi Candi Borobudur hampir sama dengan fungsi candi pada
umumnya, yaitu :
1. Tempat menyimpan relic atau di sebut Dhatugarba
Relik tersebut
antara lain benda suci, pakaian, tulang atau abu dari Budha , arwah para biksu
yang tersohor atau terkemuka.
2. Tempat sembahyang atau beribadat bagi umat Budha.
3. Merupakan Lambang suci bagi umat Budha , cermin nilai- nilai
tertinggi agama Budha dan mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptanya
sedalam – dalamnya.
4. Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.
5. Pradaksina
Pradaksina
merupakan tata cara bagi pezirah yang menuju ke tingkat tertinggi
(Arupadhatu) di
Candi Borobudur. Pradaksina yaitu berjalan keliling mengikuti Candi menurut ke
arah Jarum Jam sebagai upacara penghormatan dengan selalu menyebelahkanankan
pusat candi.
Semua relief verita yang memenuhi
permukaan dinding itu harus di baca dari kanan ke kiri, sedangkan cerita yang
di pahatkan pada sisi dlaam pagar langkan dari kiri kekanan. Pembeacaan cerita
relief itu senantiasa di mulai dan juga berakhir pada pintu gerbang sisi Timur
di setiap tingkat. Mulainya di sebelah Kiri dan berakhirnya di sebelah kanan
pintu gerbang tersebut.
Oleh karena itu tangga di sebelah timur
adalah tangga naik yang sesungguhnya, atau yang utama, untuk kepuncak banguna.
Dengan kata lain Candi Borobudur menghadap ke Timur meskipun sisi – sisi
lainnya sama dan serupa (utara, barat, dan selatan). (Soekmono, 1981)
Kaki Candi Borobudur
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa itu candi Borobudur?
2.
Bagaimana sejarah ditemukannya?
3.
Apa potensi wisata yang dimiliki?
C.
Tujuan
Tujuan study tour yang kami
laksanakan, adalah sebagai berikut :
1.
Untuk menambah wawasan para siawa/siswi SMPN 1
Tambakrejo bahwa di Negara Indonesia,
tepatnya di Yogyakarta memiliki kekayaan budaya yang sagat berharga. Diantaranya:
2.
Candi Borobudur.
3.
Untuk menunjang pembelajaran di sekolah, terutama mengenai
Sejarah.
4.
Untuk melatih siswa/siswi melakukan penelitian secara
langsung mengenai objek - objek yang tersebut.
5.
Untuk menambah pengalaman kepada
siswa/siswi dalam mengenal Daerah Istimewa Yogyakarta.
6.
Supaya siswa/siswi dapat berlatih
membuat laporan berupa makalah sederhana sebagai hasi dari kegiatan Study Tour
D. Waktu
pelaksanaan penelitian
Penelitian di
laksanakan pada tahun 2016
BAB II
SEJARAH CANDI BOROBUDUR
1.
Pendiri dan Waktu Didirikan
Sampai saat ini, secara pasti belum
diketahui kapan Candi Borobudur didirikan , demikian juga pendirinya. Menurut
Prof. Dr. Soekmono dalam bukunya “ Chandi Borobudur a Monument of Mainkind
(UNESCO 1976)”, menyebutkan bahwa tulisan singkat yang di pahatkan di atas
pigura – pigura relief kaki candi (karmawibangsa ) mewujudkan suatu garis huruf
yang bisa di ketemukan pada berbagai prasasti dari akhir abad 8 sampai awal
abad 9. Dimana pada abad itu di jawa tengah berkuasa raja- raja dari wangsa
dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana.
Sebuah prasasti yang berasal dari
abad Sembilan yang di teliti oleh Prof. Dr. J.G Caspris, menyikapkan silsilah
tiga wangsa Syailendra yang berturut – turtut memegang pemerintahan yaitu raja
Indra, putranya Samaratungga, kemudian putri samaratungga Pramoda Wardani. Pada
waktu raja Samaratungga Pramoda Wardani. Pada waktu Raja Samaratungga berkuasa
mulailah di bangun candi berwarna : Bhumi Sam – Bharabudara, yang dapat di
tafsirkan sebagai peningkatan kebajikan, setelah melampaui sepuluh tingkat
bodhisatwa. Karena penyesuaian pada bahasa jawa agaknya, akhirnya BHara Budhara
menjadi Borobudur.
Dari tokoh Jacques Dumarcay seorang
arsitek prancis memperkirakan bahwa candi Borobudur beridiri pada zaman
keemasan di nasty Syailendra yaitu pada tahun 750 – 850 M. keberhasilan yang
luar biasa di samping pendirian candi Borobudur, juga berhasil menjalankan
kekaisaran Khmer di kamboja yang pada saat itu merupakan kerajaan yang besar.
Setelah menjalankan kerajaan Khmer , putra mahkota di bawa ke Indonesia (jawa)
dan setelah cukup dewasa di kembalikan ke kamboja, yang kemudian menjadi raja
bergelar jayarman II pada tahun 802. Para pedagang Arab berpendapat bahwa
keberhasilan tersebut luar biasa mengingat ibu kota kekaisaran Khmer berada di
dataran yang jauh dari garis pantai., sehingga untuk menaklukannya harus
melalui sungai dan danau Tonle Sap sepanjang 500 km (A Guide to, Angkar, Down F
Rooney, 1994 : 25).
Lebih lanjut Dumarcay merinci bahwa
Candi Borobudur di bangun dalam 5 tahap dengan perkiraan sbb:
-
Tahap I + Th 775
-
Tahap II + Th 790
(bersamaan dengan, Kalasan II, Lumbung I, Sojiwan I )
-
Tahap III + Th 810
(bersamaan dengan Kalasan III, Sewa III, Lumbung III dan Sojiwan II )
-
Tahap IV + Th 835
(bersamaan dengan Gedong Songo grup I, Sambi Sari, badut I, Kuning,Banon, Sari
dan Plaosan ).
(sumber : The Temple of java ; Jocques Dumarcay , 1989 : 27 )
Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha.
Tetapi dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan
dan Kebudayaan pindah ke jawa Timur dan Borobudurpun hilang terlupakan.
Karena gempa & letusan Gunung Merapi , Candi itu melesak
mempercepat keruntuhannya. Sedangkan semak belukar tropis tumbuh menutupi
Borobudur dan pada abad – abad selanjutnya lenyap di telan sejarah.
( Yasir Marjuki & Toeti Herati, 1989)
2. Penemuan kembali
Pada abad ke 18 Borobudur pernah di sebut dalam salah satu
kronik jawa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga di sebut dalam naskah lain, yang
menceritakan seorang pangeran Yogya yang mengunjungi Gugusan seribu Patung
Borobudur. Hal ini merupakan petunjuk bahwa bangunan candi itu ternyata tidak
lenyap dan hancur seluruhnya.
Tetapi baru
pada masa pemerintahan Inggris yang
singkat (1811 – 1816) di bawah Sir Thomas Stamford Raflles pada tahun 1814,
candi Borobudur di bangkitkan dari tidurnya. Tahun 1915 di tugaskanlah H.C
Cornelius seorang perwira Zeni agar mengadakan penyelidikan.
Candi Borobudur di tingkat Arupadatu
Cornelius yang mendapat tugas
tersebut , kemudian mengerahkan sekitar 200 penduduk selama hampir du bulan.
Runtuhan – runtuhan batu yang memenuhi lorong disingkirkan dan di timbun di
sekitar candi , sedangkan tanah yang menimbunnya dibuang di lereng bukit. Namun
pembersihan tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Secara penuh oleh karena banyak dinding – dinding yang di
khawatirkan runtuh.
Kemudian
Residen Kedu C.L Hartman, menyuruh membersihkan sama sekali bangunannya ,
sehingga candinya Nampak seluruhnya. Sepuluh tahun kemudian stupa induknya,
yang kedapatan sudah dalam keadaan terbongkar , di bersihkan pula bagian
dalamnya, untuk kemudian di beri bangunan bambu sebagai tempat menikmati
pemandangan sambil minum teh.
Tahun 1885
Ijzerman mengadakan penyelidikan dan mendapatkan bahwa di belakang batur kaki
candi adalagi kaki candi lain yang ternyata di hiasi dengan pahatan – pahatan
relief. Kaki Ijzerman termanshur dengan desas – desus relief misterius yang
menggambarkan teks karmawibangga yaitu suatu teks budhis yang melukiskan hal – hal yang baik dan
buruk,masalah hukum sebab dan akibat bagi perbuatan manusia. Tahun 1890 – 1891
bagian relief itu di buka seluruhnya kemudian di buat foto oleh CEPHAS untuk
dokumentasi, lalu di tutup kembali.
Dinding Candi
Borobudur
BAB III
PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR
1.
Pemugaran Pertama ( Van ERP Tahun 1907 – 1911)
Karena
keadaan Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900 di bentuklah suatu panitia
khusus, di ketahui Dr. J.L.A Brandes.
Sangat di sayangkan bahwa Dr. J.L.A
Brandes meninggal tahun 1905 namun laporan bersama yang di susunnya tahun 1902
membuahkan rancangan pemugaran. Tahun 1907 di mulai pemugaran besar – besaran
yang pertama kali dan di pimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama
empat tahun sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan
sepersepuluhnya di gunakan untuk pemotretan.
Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki
system drainase, saluran – saluran pada bukit di perbaiki dan pembuatan canggal
untuk mengarahkan aliran air hujan. Pada tingkat Rupadhatu , lantai yang
melesak di ratakan dengan menutup bagian yang melesak dengan melalui drawajala
atau semen sehingga air hujan mengalir melalui drawajala atau gorgyole. Batu –
batu di runtuh di kembalikan dan beberapa bagian yang miring dan membahayakan
di beri penguat. Pada tingkatb rupadhatu , 72 buah stupa terus dibingkar dan
disusun kembali setelah dasarnya di ratakan, demikian juga pada stupa induknya.
Pada tahun 1926 diadakan pengamatan , di
ketahui adanya pengrusakan sengaja yang di lakukan oleh wisatawan asing yang
rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobudur.
Kemudian pada
tahun 1929 di bentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap
batu atau relief – reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada 3 macam
kerusakan yang msing – masing di sebabkan oleh:
1. Korosi, yang di sebabkan oleh pengaruh iklim.
2. Kerja mekanis yang di sebabkan oleh tangan manusia atau
kekuatan lain yang datang dari luar.
3. Kekuatan tekanan , kerusakan karena tertekan atau tekanan
batu – batunya berupa retak – retak , bahkan pecah.
2.
Pemugaran Kedua (tahun 1973 – 1983)
Usaha penyelamatan berikutnya di
lakukan pada tahun 1963 oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1963 oleh
pemerintah Republik Indonesia dengan meyediakan dana yang cukup besar. Namun
Usaha ini terhenti dengan adaya pemberontakan G-30- S/PKI.
Pada tahun 1968 pemerintah Republik
Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk membatu melaksanakan pemugaran Candi
Borobudur. Pada tahun itu juga UNESCO akan membantu pemugaran. Pada tahun 1969
Presiden membubarkan panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada menteri
perhubungan , bahwa Rencana Pemugaran Candi Borobudur menjadi proyek dalam
Repelita. Pada tahun 1970 atas prakarsa UNESCO di adakan diskusi panel di
Yogyakarta untuk membahasa rencana pemugaran. Kesepakatan yang di peroleh
adalah membongkar dan kemudia memasang
kembali batu – batu bagian Rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus
1973 presiden Soeharto meresmikan di mulainya pemugaran Candi Borobdur. Persiapan pemugaran merupakan waktu selama 2
tahun kegiatan fisiknya yaitu di mulainya pembongkaran batu – batu candi di
mulai tahun 1975.
Dengan menggerakkan lebih dari 600
pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan candi yang dipugar adalah
bagian Rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar.
Kegiatan ini memakan waktu 10
tahun. Dan pada tanggal 23 pebruari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan
selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan di tandai penandatangan
prasasti.
Prasasti tersebut bertuliskan :
Pada bagian yang menghadap ke Utara :
“ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Pemugaran Candi Borobudur
diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia”
Soeharto
, Borobudur, 23 Februari 1983.
Batu
Peresmian Pemugaran
Pada bagian yang
menghadap ke Timur :
“ Dalam melaksanakan pemugaran Candi Borobudur pemerintah
Indoensia bekerja sama dengan UNESCO dibawah pimpinan Direktorat jendral A
MADOUMAHTAR M’BOW telah menerima sebagai berikut”
Negara Anggota UNESCO :
Australia , belanda, belgia, birma , cyprus, ghana, india,
inggris, irak, iran, italia, jepang, jerman barat, kuwait , luxembrug,
malasyia, mauritius, nigeria, paskistan, perancis, philipina, qatar, selandia
baru, singapura, spanyol, swiis, tauzania, thailand.
Pihak Swasta:
-
Rakyat Indonesia di
dalam dan di luar Negeri.
-
American Comite For
Borobudur Inc.
-
Japan Associatin For
The Restoration Of Borobudur In Cooperation With the Asian Cultural Centre For
UNESCO.
-
Commemorative
Association of the Japan World Exporition.
-
Netherlands National
Comitee For Borobudur
-
General Lettery in the
Netherlands
-
Borobudur Restoration
Supporting Group in Nagoya.
-
JDR 3rd fund New York
-
International Bussiness
Machines Corporation
Usaha menyelamatkan Candi Borobudur
dengan berjuta – juta Dollar mempunyai banyak manfaat bagi bangsa kita. Menurut
prof. Soekomo, sesungguhnya Candi Borobudur mempunyai nilai- nilai dari pada
sekedar sebagai obyek wisata yaitu sebagai benteng pertahanan kebudayaan kita.
Seperti peninggalan purbakala lainnya, Candi Borobudur menjadi penegak kepribadian
bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari prestasi nenek moyang kita
sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa kita untuk meneruskan
keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.
Bantuan
Internaisonal melalui UNESCO tidak semata – mata di sebabkan beratnya beban yang
harus di pikul tetapi disebabkan oleh besarnya hasrat untuk mengajak sebanyak
mungkin bangsa lain untuk menangani suatu proyek kemanusiaan seperti
penyelamatan Candi Borobudur. (Soekmono, 1981)
BAB IV
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
1.
Arsitektur Bangunan
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas + 7,8 ha
pada ketinggian 265.50 m di atas permukaan lau atau berada + 15 m di atas bukit
di sekitarnya. Untuk menyesuaikan dengan profil Candi yang akan di bangun ,
bukit di urug dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m – 8,50 m. bentang
(ukuran) candi yang di urug dari dinding terluar adalah 121,70 m x 121,40 m
dengan tinggi bangunan yang masih tersisa 35,40 m dari tanah halaman.
Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada
dinding teras 1,2 & 3 tersusun dari dari batu andesit dengan system dry
masonry (tanpa perekat) di perkirakan mencapai 55.000 m3 atau 2.000.000 blok batu. Untuk
memperkuat kontruksi di pergunakan sambungan batu tipe ekor burung ke arah
horizontal , sedang untuk arah vertical dengan system getakan.
Pada masing – masing tingkat dan setiap penjuru mata angin
terdapat pintu gerbang atau tangga . pintu utama ada di sebelah timur. Bentuk
Arsitektur Candi Borobudur yang sekarang , di perkirakan mengalami perubahan
konsep dasar. Pentahapan yang di perkirakan Dumarcay diakibatkan candi
mengalami beberapa kali kelongsoran sehingga harus mengulang pekerjaan
pembangunan.
Menurut HOENIG yang di kutip oleh Bernet Kempers, rancangan
semula dari Candi Borobudur adalah candi yang mempunyai 4 pintu di atas suatu
undag – undag 9 tingkat, bentuk ini banyak di temui di kamboja.
Menurut H. PARMAINTIER yang di kutip Bernet Kempres (1970:104)
menyebutkan bahwa pada rencana semula Candi Borobudur akan mempunyai sebuah
stupa yang sangat besar sekali, yang di letakkan pada bagian yang sekarang di
tempati banyak stupa. Perkiraan ini dapat dilihat dari sisa susunan batu pada
tangga dinding teras + sisi barat dan utara yang akan merupakan dasar dari
sebuah stupa besar dengan diameter AE 51 M (dapat di bayangkan sebagai gambaran
dasar stupa pusat yang sekarang ada adalah 16,15 m dan tinggi tersisa 12,78 m).
Sedangkan menurut Sutterheim dalm bukunya :Tjandi Borobudur ,
Naam Vorm en Beteekens”, 1929 yang di kutip Purnama Atmadi menyebutkan hasil
perubahannya , benryuknya sesuai keterangan kitab jawa Kuno” Sang Hyang
Kamahayanikam” yang menguraikan filsafat agama budha , di katakana bahwa bangunan
Candi Borobudur Adalah “Stupa Prasada” suatu bangunan gabungan dari stupa pada
bagian atas dan piramida yang mempunyai undag- undag. Di katakana pula dalam
seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian dimana pembagian ini dapat
pula menyatakan perbedaan dari ;
1. Dunia nafsu , hasrat, yang di sebut Kumadhatu
2. Dunia bentuk , wujud Rupa, yang di sebut Rupadhatu dan
3. Dunia tanpa bentuk , tanpa wujud , tanpa rupa di sebut
Aruphadatu.
Dengan uraian tersebut maka dapat di simpulkan bahwa menurut
sutterhirm bentuk semula yang di punyai Candi Borobudur adalah sama dengan bentuk yang di punyai sekarang.
2.
Susunan Bangunan
Bangunan Candi Borobudur benrbentuk limas berundak dan
apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Tidak ada ruangan
dimana orang bisa masuk , melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
Secara keseluruhan bangunan Candi
Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing – masing tingkat
mempunyai maksud tersendiri. Sebgai sebuah sambungan , Candi Borobudur dapat di
bagi dalam tiga (3) bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau
bagian pusat dan puncak. Pembagian menjadi tiga tersebut sesuai benar dangan
tiga lmabng atau tingkat dalam susunan ajaran Budha yaitu Kumadhatu ,
Rupadhatu, dan Aruphadatu, yang masing – masing mempunyai punya pengertian.
Kumadhatu
Sama
dengan alam bawah tanah atau dunia hasrat/nafsu. Dalam dunia ini manusia
terikat pada hasrat dan kemauan atau nafsu. Dalam dunia ini di gambarkan pada
relief yang terdapat di kaki candi asli dimana.
Peta Daerah Candi Borobudur dan Sekitarnya
(Soekmono, 1981)
Rupadhatu
Sama
dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk,wujud, dalam dunia ini manusia
telah meninggalkan segala hasrat, nafsu masih terikat pada nama dan rupa,
wujud, bentuk.
Bagian
ini terdapat pada tingkat 1 – 5 yang berbentuk bujur sangkar.
Aruphadatu
Sama dengan alam atas dunia tanpa ,
wujud, bentuk. Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah
memutuskan untuk selama – lamanya segala ikatan kepada dunia fana. Pada tingkat
ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat pada teras bundar I,II dan III beserta
stupa induknya.
Uraian
bangunan secara teknis daptlah di rinci sebagai berikut :
-
Lebar dasar Candi
Borobudur : 123 m (lebar = panjang karena bujur sangkar)
-
Tinggi bangunan : 35,4 setelah restorasi
: 42 m sebelum restorasi
-
Jumlah batu (batu
andesit ) : 55.000 m3 (2.000.000 jurta blok batu )
-
Jumlah stupa : 1 stupa induk
:
72 stupa berterawang
-
Stupa induk bergaris
tengah : 9.9 m
-
Tinggi stupa induk
sampai bawah : 7 m
-
Jumlah bidang relief : 1.460 bidang ( + 2.5 – 3
km)
-
Jumlah patung budha : 504 buah
-
Tinggi patung budha :
1,5 m
3. Patung Budha
Candi Borobudur tidak hanya diperindah relief cerita dan
relief hias, tetapi juga patung – patung yang sangat tinggi nilainya. Namun
tidak semua patung dalam keadaan utuh, banyak yang tanpa kepala atau tangan
(300 buah ) dan 43 hilang. Hal ini di sebabkan oleh bencana alam dan tangan
jahil atau pencurian sebelum Candi Borobudur diadakan Renovasi (sebelum tahun
1973).
Patung –
patung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang terdapat pada bagian Ruphadatu
dan aruphadatu. Patung Budha di Candi Borobudur berjumlah 504 buah yang di
tempatkan di relung – relung yang tersusun berjajar pada sisi pagar langkan dan
pada teras bundar (Aruphadatu).
Patung Budha
di tingkat Rupadhatu di tempatkan dalam relief yang tersusun belajar pada sisi
luar pagar langkan. Stupa –stupa berlubang di 3 lingkaran sepusat.
Disusun patung selengkapnya adalah :
Di tingkat Rupadhatu :
-
Langkah pertama : 104 patung Budha
-
Langkah kedua : 10 patung Budha
-
Langkah ketiga : 88 patung Budha
-
Langkah ke empat : 72 patung Budha
-
Langkah
kelima : 64 Patung Budha
Jumlah seluruhnya :
432 patung Budha
Tingkat Arupdhatu :
-
Teras bundar pertama : 32 patung Budha
-
Teras bundar kedua : 24 patung Budha
-
Teras bundar ketiga :
16 patung Budha
Jumlah seluruhnya : 72 patung Budha
Apabila kita melihat sekilas patung
Budha itu Nampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan –
perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah sikap tangan atau yang di
sebut nudra yang merupakan khas untuk setiap patung.
Sikap kedua belah tangan Budha atau
Mudra dalam bahasa Sansekerta, memliki arti perlambang yang khas. Ada 6 jenis
yang bermakna sedalam – dalamnya. Namun demikian karena,
Patung Budha di Dinding Candi
Macam mudra yang dimiliki oleh
patung – patuung yang menghadap semua arah bagian Rupadhatu (lingkaran V )
maupun di bagian Arupadhatu pada umumnya menggambarkan Maksud yang sama , maka
jumlah mudra yang pokok ada 5 (soekmono, 1981).
a. Bhumisparca
– Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang
menyentuh tanah. Tangan kiri terbuka dan
mengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan
jari – jarinya menunjuk ke bawah.
b. Abhaya
Mudra
Mudra ini
menggambarkan sikap tangan sedang menengangkan dan dan menyatakan “ jangan
Kwatir”. Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan , sedangkan tangan
kanan diangkat sedikit di atas lutut kanan dengan telapak menghadap ke muka.
c. Dhyani
Mudra
Mudra ini
menggambarkan sikap Samadi. Kedua di letakkan di pangkuan , yang kanan dinatas
yang kiri dengan telapaknya menengadah dan kedua jempolnya saling bertemu.
Patung ini menghadap ke barat ke langkan I – IV
danmerupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amithaba yang menjadi
penguasa daerah Barat.
d. Wara
Mudra
Mudra ini
melambangkan pemberian amal. Sepintas sikap tangan ini tampak serupa dengan
Bhumisparca – Mudra tetapi telapak tangan yang kanan menghadap ke atas
sedangkan jari – jarinya terletak di lutut kanan.
e. Dharmacakra
Mudra
Mudra ini melambangkan gerak
memutar roda dharma. Kedua tangan diangakat sampai ke depan dada , yang kiri di
bawah yang kanan. Tangan di kiri itu
menghadap ke atas.
4. Kunto Bima
Kunto Bimo terletak pada tingkat Arupadhatu lantai
pertama sebelah kanan dari tangga pintu timur. Konon menurut cerita dahulu ada
seorang raja yang ingin bertemu dengan seorang Ksatria. Kemudian sang raja
menyentuh Kunto Bimo, selanjutnya Raja dapat menemukan Ksatria di maksud
beberapa waktu kemudian.
5. Stupa
Sudah di samapaikan di muka bahwa ada 2 macam stupa
yaitu tuspa induk dan stupa berlubang.
Stupa Induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa – stupa
yang lain dan terletak di puncak sebagai mahkota dari seluruh monument bangunan
candi borobudru. Stupa induk ini mempunyai garis tengah 9.90 M dan tinggi stupa
sampai bagian bawah pinakel 7 meter.
Stupa
Berlubang :
Stupa berlubang atau berterawang adalah stupa yang
terdapat pada teras bundar I,II dan III dimana di dalamnya ada 72 buah yang
terinci menjadi :
-
Teras bundar pertama terdapat : 32 stupa berlubang
-
Teras bundar kedua terdapat : 24 stupa
berlubang
-
Teras bundar ketiga terdapat : 16 stupa
berlubang
Jadi jumlahnya : 72 stupa berlubang
Di samping stupa induk dan stupa berlubang masih ada
stupa – stupa kecil yang bentuknya hampir sama dengan stupa yang lainnya, hanya
saja stupa ini seolah – olah merupakan hiasan dari seluruh bangunan yang ada.
6.
Relief
Candi Borobudur tidak saja menunjukkan kemegahan
arsitekturnya tetapi juga mempunyai relief (pahatan atau ukiran ) yang sangat
menarik. Relief cerita yang di pahatkan pada candi itu sangat lengkap dan
panjang yang tidak pernah di temui di tempatkan lain di dunia bahkan di india
sekalipun.
Agar
dapat menyimak ceritera dalam relief secara berurutan di lanjutkan memasuki
candi melalui pintu sebelah Timur dan pada tiap tingkatan berputar ke kiri dan
meninggalkan Candi di sebelaha kanan.
Relief cerita pada Candi
Borobudur menggambarkan beberapa cerita yaitu :
1. Karma
wibangga , terdiri dari 160 panel , di pahatkan pada kaki tertutup
2. Lalita
wistara , terdiri dari 120 panel, di pahatkan pada dinding lorong 1 bagaian
ats.
3. Jataka
dan awadana , terdiri 720 panel. Di pahatkan pada lorong 1 bagian bawah,
balustrade lorong1 atas dan bawah , dan balustrade II.
4. Gandawyuda
, terdiri 460 panel , di pahatkan pada dinding lorong II dan III , balustrade
III dan IV serta Badraceri dinding lorong IV.
Sebagai Relief
dari 1460 Bidang
BAB
V
TAMAN
WISATA
Setelah pemugaran Candi Borobudur selesai, baru ada
gagasan untuk lebih mengembangkan Candi Borobudur dan wilayah di sekitarnya
sehingga akan dapat mendukung keberadaan Candi Borobudur sebagai pengunjung
yang jika tidak di waspadai akan membawa pengaruh bagi pelestarian meupun
kenyamanan penegunjung.
Itu sebabnya untuk menjaga dan melestarikannya,
pemerintah membentuk
PT.
Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan sebagai salah satu BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) di bawah naungan Departemen Pariwisata , Pos dan Telekomunikasi.
Fasilitas – fasilitas yang di sediakan antara lain,
Museum arkeologi, baik museum tertutup maupun terbuka, Borobudur Study Centre
di Borobudur. Information Centre, Kebun Pembibitan , tempat penitipan barang,
parker, warung , mushola dan sebagainya.
Pembangunan teman merupakan suatu usaha pembangunan
yang beruang lingkup Nasional dan hanya berdiamnesi tripatra karena sekaligus
merupakan pembangunan Kultural (menyangkut nilai budaya ) dan pembangunan
sosial (demi kepentingan penduduk ) yang secara integral merupakan juga
pembangunan suatu wilayah.
Kereta
mini di lokasi Taman Wisata Candi Borobudur.
DAFTAR
PUSTAKA
Soekmono
, DR.
-
Riwayat usha Penyelamatan Tjandi
Borobudur, Pelita Borobudur, Seri A. n.o 1 , 1972
-
Candi Borobudur, Pustaka Jaya, 1981.
Soedirman
, Drs.
-
Borobudur salah satu keajaiban dunia,
Yogyakarta , 1980.
Moertjipto
& Bambang Prasetyo
-
A glimpse Of Temples, Direktorate
General of Torisnm, Republik of Indonesia.
Yasir
Marjuki & Toeti Heraty
-
Borobudur, Djambatan, 1989
Boediharjo
-
Pelestarian warisan budaya melalui
pariwisata , suatu kursus studi pembanguann
Taman
Wisata Candi Borobudur dan Prambanan.
N.N
-
Menyikap Takbir misteri Borobudur, PT.
Taman Wisata Candi Borobudur dan
Prambanan Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan. Kedaulatan Rakyat,
tgl. 12
Februari 1983. Merdeka , tgl. 29 Januari.
-
Sinar Harapan, tanggl 17 dan 24 pebruari
1983.
Lucky Club Casino Site | Exclusive New Player Bonus Up to C$100
ReplyDeletePlay Slots at Lucky Club Casino – a well-known and luckyclub.live renowned casino, offering an awesome variety of games, bonuses, and free spins.