Responsive Ads Here

Saturday 18 February 2017



PERAN  OBJEK WISATA CANDI BOROBUDUR
SEBAGAI CERMIN
BUDAYA BANGSA INDONESIA



      


LEMBAR PENGESAHAN


Karya Ilmiah yang berjudul
  Objek Wisata Candi Borobudur ’’ telah di sahkan dan disetujui pada :
Hari                 : Sabtu
Tanggal           : 14 Desember 2016

Di susun oleh :

   Pembimbing I                                                                       Pembimbing II
Wali Kelas IX – H                                                      Guru Mapel Bahasa Indonesia



         ...................................                                                           .....................................
       NIP. ..................................                                                 NIP. .....................................


Kepala Sekolah
SMP Negeri 1 Tambakrejo – Bojonegor,




Drs. H. Ali Maghfur, M.Pd
NIP. 19610421 198403 1 002







Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah kita sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku ini.
Buku yang berjudul “ CANDI BOROBUDUR SEPANJANG MASA” ini di maksudkan untuk membantu para pembaca yang ingin mengetahui riwayat atau isi dari Candi Borobudur secara singkat dan sederhana.
Isi dari buku ini merupakan garis besarnya saja sehingga akan mudah untuk di pahami.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penerbitan buku ini.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca dan mudah – mudahan buku kecil ini akan menambah pengetahuan dan referensi para pembaca.



Penyusun.



DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………….................
KATA PENGANTAR ………………………………………..............
DAFTAR ISI …………………………………………………............

BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ……………………………………...........….
1.      Lokasi Candi Borobudur ……………………….....…...
2.      Beberapa Penafsiran Nama Borobudur ……………....…..
3.      Arti atau Makna Candi Borobudur ……………….………
4.      Fungsi Candi Borobudur …………………………….…...
5.      Pradaksina ………………………………………..…….....
B.     Rumusan Masalah ……………………………….....……..
C.    Tujuan ………………………………………………...……....
D.    Waktu Pelaksanaan Penelitian …………………..………….

BAB II : SEJARAH CANDI BOROBUDUR
1.      Pendiri dan Waktu Didirikan ……………………………....
2.      Penemuan Kembali ………………………………...……...

BAB III : PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR
1.      Pemugaran Pertama ………………………………..……… 
2.      Pemugaran Kedua ……………………………….………...    

BAB IV : BANGUNAN CANDI BOROBUDUR
1.      Arsitektur Bangunan ……………………………………....     
2.      Susunan Bangunan ………………………………….……..  
3.      Patung Budha ……………………………………………...
4.      Kunto Bimo ………………………………....……………..
5.      Stupa ……………………………………………..………..
6.      Relief ………………………………………………………

BAB V : TAMAN WISATA ……………………………….....……….
DAFTAR PUSTAKA  ……………………………………….………...




BAB I
PENDAHULUAN



A.        Latar Belakang
        Candi Borobudur merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia yang sampai saat ini menjadi pusat perhatian masyarakat dunia baik dari segi kepariwisataan , arkeologi dan pengetahuan. Di samping Candi Borobudur masih ada 2 candi lain yaitu candi Borobudur, candi mendut, dan candi pawon sebagai Tri Tunggal candi.
Bagi para peziarah yang ingin mencapai tingkat bodhisatwa, terlebih dahulu datang ke mendut untuk menyampaikan penghormatan kepada budha. Kemudian ke candi pawon yang jaraknya + 2 km peristirahatan untuk mensucikan diri sebelum menginjak Borobudur, untuk menyatakan sembahnyang dan doa untuk mencapai tingkat kebudhaan dan pembebasan mutlak dan abadi.
Tiga serangkai candi mendut, Pawon dan Borobudur tersebut terbujur pada satu garis lurus , merupakan kesatuan perlambang.

      Bangsa Indonesia dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, dan mempunyai daya tarik yang sangat mengagumkan. Hal ini perlu disyukuri oleh seluruh bangsa Indonesia. Kita sebagai pelajar, diharapkan dapat memelihara dan melestarikannya. Untuk itu, kita perlu belajar dengan baik, supaya dapat menjadikan bangsa Indonesia yang dikagumi oleh bangsa lain.
      Belajar tidak hanya dilakukan didalam ruangan atau di dalam kelas. Belajar dapat dilakukan di berbagai tempat. Bisa di sekolah, di rumah, dan di lingkungan masyarakat. Kegiatan belajar, akan lebih bermakna apabila siswa/siswi terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan kebermaknaan hasil belajar siswa, maka dapat dilaksanakan dengan cara study tour. Sekolah kami, memilih study tour untuk tahun ajaran 2016/2017 ke Yogyakarta.



1.      Lokasi candi Borobudur
Candi Borobudur di dirikan diatas bukit dengan ketinggian 265,40 m , di atas permukaan laut atau berada + 15 M di atas dataran di sekitarnya.
Candi Borobudur terletak di desa Borobudur, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, provinsi Jawa Tengah, + 41 km dari Yogyakarta. + 80 km dari kora semarang ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Candi Borobudur juga di kelilingi oleh pegunungan menorah di sisi selatan, Gunung Merapi (2441 m) dan gunung merbau (3142 m ) di sisi timur , serta Gunung Sumbing (2271 m ) dan Gunung Sindoro (3135 m ) di sisi Barat laut. Di sebelah Timur Candi Borobudur juga terdapat Sungai Progo dan Sungai Elo.
Lokasi yang demikian mirip sekali dengan Pagoda Angkor di Kamboja , yang sama – sama merupakan tempat suci Bagi Umat Budha.


2.      Beberapa penafsiran Nama Borobudur
Dari beberapa literature yang ada, dapat di sebutkan berbagai pendapat dari para ahli antara lain :
1.      Kitab Nagara Kertagama
Naskah dari tahun 1365 masehi yaitu kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca, menyebutkan kata “Budur” untuk sebuah bangunan Agama Budha dari Aliran Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “ Budur” tersebut tidal lain adalah Candi Borobudur. Karena tidak ada keterangan lain kiranya tak dapat di ambil suatu kesimpulan.


Candi Borobudur yang megah , tampak dari jauh

2.      sir thomas stamford raffles
         penafsiran Borobudur pun dilakukan Raffles berdasarkan keterangan masyrakat luas yang menafsirkan bahwa :
-        Budur ialah bentuk lain dari “Budo” dalam bahasa jawa berarti “Kuno”. tetapi jika dikaitkan dengan Borobudur berarti “Boro jaman Kuno” tapi itu tidak bisa di kaitkan dengan Candi Borobudur. karena terkait dengan Budha. Dengan demikian Borobudur Sang Budha yang Agung.


-       Namun karena “Bhara” dalam bahasa jawa kuno mengandung arti Banyak, maka borobudr bisa di artikan “Budha Yang Banyak”.
jika di kaji secara teliti maka keterangan yang di kemukakan oleh  Raffles tidak ada yg memuaskan. “ Boro jaman Kuno” kurang mengena. “ sang budha yang agung “ maupun “ budha yang banyak” kurang mencapai sasaran. perubahan kata “Budha menjadi budur” misalnya perubahan demikian tidak dapat diterangkan dari segi ilmu bahasa, karena sukar dapat diterima. (Soekmono, 1981)

3.      Poerbatjakara
Menurut Beliau “Boro” berarti “Biara” berarti Borobudur ialah “Biara Budur. penafsiran yanh sangat menarik dari yang lainnya karena sangat mengarah pada kebenaran dan bukti-bukti yang ada.
Penyelidikan dan penggalian yang di lakukan pada 1952 di halaman sebelah barat laut bangunan Candi Borobudur telah

Jalan bertangga Menuju Stupa Induk

Berhasil menemukan fondasi batu – batu dan genta perunggu berukuran besar . penemuan fondasi dan batu – batu dan genta ini memperkuat dugaan yaitu merupakan sisa – sisa dari sebuah biara.

Selanjutnya jika di hubungkan dengan kitab Negara kertagama mengenai “ Budur” maka besar kemungkinan penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat. Namun demikian masih merupakan suatu pertanyaan mengenai Biara dalam hal ini penamaan menggantikan candinya,padahal candi jauh lebih penting.

4.      De Casparis
          Casparis menemukan kata Borobudr dalam sebuah prasasti yang di berinama prasastu Sri Kahulunan, prasasti ini berangka 842 masehi, didalamnya ditemui kata “Bhumi Shambhara budhara” yaitu sebutan bangunan yang suci untuk pemujaan nenek moyang atau disebut kuil.
Penelitian yang mendalam tentang keagamaan yang terungkap dalam
                  prasasti dan juga rekontruksi yang teliti terhadap geografi daerah terjadinya 
                  peristiwa sejarah bertalian dengan prasati tersebut, maka De Casparis  itu
                  menyimpulkan bahwa Bhumi Sambhara Budhara tidak lain adalah Borobudur.
            Perubahan kata Bhumi Sambhara Bundhara menjadi Borobudur dapat di terangkan sebagai akibar dari segala umum dalam bahasa sehari – hari untuk menyingkat serta menyederhanakan ucapan. Sampai sekarang banyak sarjana yang keberatan terhadap penafsiran De Casparis itu.  Tetapi haruslah di akui bahwa sampai sekarang belum ada keterangan atau penafsiran yang tepat mengenai nama Borobudur.
( Soekmono,1981).

5.      Drs. Soediman
Di dalam bukunya “ Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia “, menyebutkan bahwa arti nama Borobudur sampai sekarang masih belum jelas.  Di jelaskan pula bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu “ Bara” dan Budur”. Bara berasal dari kata sansekerta “VIhara” yang berate kompleks candid an “ Bihara”  berarti asmara. “ Budur” dalam bahasa bali beduhur yang artinya di atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau vihara dan kelompok candi yang terletak di atas tanah yang tinggi atau bukit.

3.      Arti atau Makna Candi Borobudur
Arti atau makna candi Borobudur secara filosofis adalah merupakan lambing dari alam semesta atau Dunia Cosmos. Menurut ajaran Budha , alam semesta di bagi menjadi tiga unsur atau dhatu dalam bahasa sansekerta.
Ketiga susunan itu meliputi :
1.      Unsur Nafsu , hasrat atau kamadhatu.
2.      Unsur Wujud, rupa, bentuk atau rupadhatu
3.      Unsur tak terwujud , tanpa rupa, tak terbentuk atau Arupadhatu.

4.      Fungsi candi Borobudur
Fungsi Candi Borobudur hampir sama dengan fungsi candi pada umumnya, yaitu :

1.      Tempat menyimpan relic atau di sebut Dhatugarba
Relik tersebut antara lain benda suci, pakaian, tulang atau abu dari Budha , arwah para biksu yang tersohor atau terkemuka.
2.      Tempat sembahyang atau beribadat bagi umat Budha.
3.      Merupakan Lambang suci bagi umat Budha , cermin nilai- nilai tertinggi agama Budha dan mengandung rasa rendah hati yang disadari penciptanya sedalam – dalamnya.
4.      Tanda peringatan dan penghormatan sang Budha.

5.      Pradaksina
Pradaksina merupakan tata cara bagi pezirah yang menuju ke tingkat tertinggi
(Arupadhatu) di Candi Borobudur. Pradaksina yaitu berjalan keliling mengikuti Candi menurut ke arah Jarum Jam sebagai upacara penghormatan dengan selalu menyebelahkanankan pusat candi.
     
      Semua relief verita yang memenuhi permukaan dinding itu harus di baca dari kanan ke kiri, sedangkan cerita yang di pahatkan pada sisi dlaam pagar langkan dari kiri kekanan. Pembeacaan cerita relief itu senantiasa di mulai dan juga berakhir pada pintu gerbang sisi Timur di setiap tingkat. Mulainya di sebelah Kiri dan berakhirnya di sebelah kanan pintu gerbang tersebut.

      Oleh karena itu tangga di sebelah timur adalah tangga naik yang sesungguhnya, atau yang utama, untuk kepuncak banguna. Dengan kata lain Candi Borobudur menghadap ke Timur meskipun sisi – sisi lainnya sama dan serupa (utara, barat, dan selatan). (Soekmono, 1981)


Kaki Candi Borobudur
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu candi Borobudur?
2.      Bagaimana sejarah ditemukannya?
3.      Apa potensi wisata yang dimiliki?

C.          Tujuan

Tujuan study tour yang kami laksanakan, adalah sebagai berikut  :
1.      Untuk menambah wawasan para siawa/siswi SMPN 1 Tambakrejo  bahwa di Negara Indonesia, tepatnya di Yogyakarta memiliki kekayaan budaya yang sagat berharga.  Diantaranya:
2.      Candi Borobudur.
3.      Untuk menunjang pembelajaran di sekolah, terutama mengenai Sejarah.
4.      Untuk melatih siswa/siswi melakukan penelitian secara langsung mengenai objek - objek yang tersebut.
5.      Untuk menambah pengalaman kepada siswa/siswi dalam mengenal Daerah Istimewa Yogyakarta.
6.      Supaya siswa/siswi dapat berlatih membuat laporan berupa makalah sederhana sebagai hasi dari kegiatan Study Tour

D.    Waktu pelaksanaan penelitian
Penelitian di laksanakan pada  tahun 2016

           
BAB II
SEJARAH CANDI BOROBUDUR

1.      Pendiri dan Waktu Didirikan
Sampai saat ini, secara pasti belum diketahui kapan Candi Borobudur didirikan , demikian juga pendirinya. Menurut Prof. Dr. Soekmono dalam bukunya “ Chandi Borobudur a Monument of Mainkind (UNESCO 1976)”, menyebutkan bahwa tulisan singkat yang di pahatkan di atas pigura – pigura relief kaki candi (karmawibangsa ) mewujudkan suatu garis huruf yang bisa di ketemukan pada berbagai prasasti dari akhir abad 8 sampai awal abad 9. Dimana pada abad itu di jawa tengah berkuasa raja- raja dari wangsa dinasti Syailendra yang menganut agama Budha Mahayana.
Sebuah prasasti yang berasal dari abad Sembilan yang di teliti oleh Prof. Dr. J.G Caspris, menyikapkan silsilah tiga wangsa Syailendra yang berturut – turtut memegang pemerintahan yaitu raja Indra, putranya Samaratungga, kemudian putri samaratungga Pramoda Wardani. Pada waktu raja Samaratungga Pramoda Wardani. Pada waktu Raja Samaratungga berkuasa mulailah di bangun candi berwarna : Bhumi Sam – Bharabudara, yang dapat di tafsirkan sebagai peningkatan kebajikan, setelah melampaui sepuluh tingkat bodhisatwa. Karena penyesuaian pada bahasa jawa agaknya, akhirnya BHara Budhara menjadi Borobudur.
Dari tokoh Jacques Dumarcay seorang arsitek prancis memperkirakan bahwa candi Borobudur beridiri pada zaman keemasan di nasty Syailendra yaitu pada tahun 750 – 850 M. keberhasilan yang luar biasa di samping pendirian candi Borobudur, juga berhasil menjalankan kekaisaran Khmer di kamboja yang pada saat itu merupakan kerajaan yang besar. Setelah menjalankan kerajaan Khmer , putra mahkota di bawa ke Indonesia (jawa) dan setelah cukup dewasa di kembalikan ke kamboja, yang kemudian menjadi raja bergelar jayarman II pada tahun 802. Para pedagang Arab berpendapat bahwa keberhasilan tersebut luar biasa mengingat ibu kota kekaisaran Khmer berada di dataran yang jauh dari garis pantai., sehingga untuk menaklukannya harus melalui sungai dan danau Tonle Sap sepanjang 500 km (A Guide to, Angkar, Down F Rooney, 1994 : 25).

Lebih lanjut Dumarcay merinci bahwa Candi Borobudur di bangun dalam 5 tahap dengan perkiraan sbb:
-       Tahap I + Th 775
-       Tahap II + Th 790 (bersamaan dengan, Kalasan II, Lumbung I, Sojiwan I )
-       Tahap III + Th 810 (bersamaan dengan Kalasan III, Sewa III, Lumbung III dan Sojiwan II )
-       Tahap IV + Th 835 (bersamaan dengan Gedong Songo grup I, Sambi Sari, badut I, Kuning,Banon, Sari dan Plaosan ).

(sumber : The Temple of java ; Jocques Dumarcay , 1989 : 27 )
Borobudur merupakan pusat ziarah megah bagi penganut Budha. Tetapi dengan runtuhnya kerajaan Mataram sekitar tahun 930 M, pusat kekuasaan dan Kebudayaan pindah ke jawa Timur dan Borobudurpun hilang terlupakan.
Karena gempa & letusan Gunung Merapi , Candi itu melesak mempercepat keruntuhannya. Sedangkan semak belukar tropis tumbuh menutupi Borobudur dan pada abad – abad selanjutnya lenyap di telan sejarah.
( Yasir Marjuki & Toeti Herati, 1989)

2.      Penemuan kembali
Pada abad ke 18 Borobudur pernah di sebut dalam salah satu kronik jawa, Babad Tanah Jawi. Pernah juga di sebut dalam naskah lain, yang menceritakan seorang pangeran Yogya yang mengunjungi Gugusan seribu Patung Borobudur. Hal ini merupakan petunjuk bahwa bangunan candi itu ternyata tidak lenyap dan hancur seluruhnya.

            Tetapi baru pada  masa pemerintahan Inggris yang singkat (1811 – 1816) di bawah Sir Thomas Stamford Raflles pada tahun 1814, candi Borobudur di bangkitkan dari tidurnya. Tahun 1915 di tugaskanlah H.C Cornelius seorang perwira Zeni agar mengadakan penyelidikan.
Candi Borobudur di tingkat Arupadatu

            Cornelius yang mendapat tugas tersebut , kemudian mengerahkan sekitar 200 penduduk selama hampir du bulan. Runtuhan – runtuhan batu yang memenuhi lorong disingkirkan dan di timbun di sekitar candi , sedangkan tanah yang menimbunnya dibuang di lereng bukit. Namun pembersihan tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Secara penuh oleh karena banyak dinding – dinding yang di khawatirkan runtuh.

            Kemudian Residen Kedu C.L Hartman, menyuruh membersihkan sama sekali bangunannya , sehingga candinya Nampak seluruhnya. Sepuluh tahun kemudian stupa induknya, yang kedapatan sudah dalam keadaan terbongkar , di bersihkan pula bagian dalamnya, untuk kemudian di beri bangunan bambu sebagai tempat menikmati pemandangan sambil minum teh.

            Tahun 1885 Ijzerman mengadakan penyelidikan dan mendapatkan bahwa di belakang batur kaki candi adalagi kaki candi lain yang ternyata di hiasi dengan pahatan – pahatan relief. Kaki Ijzerman termanshur dengan desas – desus relief misterius yang menggambarkan teks karmawibangga yaitu suatu teks budhis  yang melukiskan hal – hal yang baik dan buruk,masalah hukum sebab dan akibat bagi perbuatan manusia. Tahun 1890 – 1891 bagian relief itu di buka seluruhnya kemudian di buat foto oleh CEPHAS untuk dokumentasi, lalu di tutup kembali.


Dinding Candi Borobudur



BAB III
PENYELAMATAN CANDI BOROBUDUR
           
1.      Pemugaran Pertama ( Van ERP Tahun 1907 – 1911)
Karena keadaan Borobudur kian memburuk maka pada tahun 1900 di bentuklah suatu panitia khusus, di ketahui Dr. J.L.A Brandes.
      Sangat di sayangkan bahwa Dr. J.L.A Brandes meninggal tahun 1905 namun laporan bersama yang di susunnya tahun 1902 membuahkan rancangan pemugaran. Tahun 1907 di mulai pemugaran besar – besaran yang pertama kali dan di pimpin oleh Van Erp. Pekerjaan ini berlangsung selama empat tahun sampai tahun 1911 dengan biaya sekitar 100.000 Gulden dan sepersepuluhnya di gunakan untuk pemotretan.
      Kegiatan Van Erp antara lain memperbaiki system drainase, saluran – saluran pada bukit di perbaiki dan pembuatan canggal untuk mengarahkan aliran air hujan. Pada tingkat Rupadhatu , lantai yang melesak di ratakan dengan menutup bagian yang melesak dengan melalui drawajala atau semen sehingga air hujan mengalir melalui drawajala atau gorgyole. Batu – batu di runtuh di kembalikan dan beberapa bagian yang miring dan membahayakan di beri penguat. Pada tingkatb rupadhatu , 72 buah stupa terus dibingkar dan disusun kembali setelah dasarnya di ratakan, demikian juga pada stupa induknya.
      Pada tahun 1926 diadakan pengamatan , di ketahui adanya pengrusakan sengaja yang di lakukan oleh wisatawan asing yang rupanya ingin memiliki tanda mata dari Borobudur. 
Kemudian pada tahun 1929 di bentuklah panitia khusus untuk mengadakan penelitian terhadap batu atau relief – reliefnya. Penelitian panitia menyimpulkan ada 3 macam kerusakan yang msing – masing di sebabkan oleh:
1.      Korosi, yang di sebabkan oleh pengaruh iklim.
2.      Kerja mekanis yang di sebabkan oleh tangan manusia atau kekuatan lain yang datang dari luar.
3.      Kekuatan tekanan , kerusakan karena tertekan atau tekanan batu – batunya berupa retak – retak , bahkan pecah.

2.      Pemugaran Kedua (tahun 1973 – 1983)
Usaha penyelamatan berikutnya di lakukan pada tahun 1963 oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1963 oleh pemerintah Republik Indonesia dengan meyediakan dana yang cukup besar. Namun Usaha ini terhenti dengan adaya pemberontakan G-30- S/PKI.
Pada tahun 1968 pemerintah Republik Indonesia membentuk Panitia Nasional untuk membatu melaksanakan pemugaran Candi Borobudur. Pada tahun itu juga UNESCO akan membantu pemugaran. Pada tahun 1969 Presiden membubarkan panitia Nasional dan membebankan tugasnya kepada menteri perhubungan , bahwa Rencana Pemugaran Candi Borobudur menjadi proyek dalam Repelita. Pada tahun 1970 atas prakarsa UNESCO di adakan diskusi panel di Yogyakarta untuk membahasa rencana pemugaran. Kesepakatan yang di peroleh adalah membongkar dan kemudia  memasang kembali batu – batu bagian Rupadhatu.
Kemudian pada tanggal 10 Agustus 1973 presiden Soeharto meresmikan di mulainya pemugaran Candi Borobdur.  Persiapan pemugaran merupakan waktu selama 2 tahun kegiatan fisiknya yaitu di mulainya pembongkaran batu – batu candi di mulai tahun 1975.
Dengan menggerakkan lebih dari 600 pekerja serta batu sebanyak 1 juta buah. Bangunan candi yang dipugar adalah bagian Rupadhatu yaitu empat tingkat dari bawah yang berbentuk bujur sangkar.
Kegiatan ini memakan waktu 10 tahun. Dan pada tanggal 23 pebruari 1983 pemugaran Candi Borobudur dinyatakan selesai dengan diresmikan oleh Presiden Soeharto dengan di tandai penandatangan prasasti.







            Prasasti tersebut bertuliskan :
            Pada bagian yang menghadap ke Utara :
“ Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Pemugaran Candi Borobudur diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia”
Soeharto , Borobudur, 23 Februari 1983.


Batu Peresmian Pemugaran

Pada bagian yang menghadap ke Timur :
“ Dalam melaksanakan pemugaran Candi Borobudur pemerintah Indoensia bekerja sama dengan UNESCO dibawah pimpinan Direktorat jendral A MADOUMAHTAR M’BOW telah menerima sebagai berikut”




Negara Anggota UNESCO :
Australia , belanda, belgia, birma , cyprus, ghana, india, inggris, irak, iran, italia, jepang, jerman barat, kuwait , luxembrug, malasyia, mauritius, nigeria, paskistan, perancis, philipina, qatar, selandia baru, singapura, spanyol, swiis, tauzania, thailand.

Pihak Swasta:
-       Rakyat Indonesia di dalam dan di luar Negeri.
-       American Comite For Borobudur Inc.
-       Japan Associatin For The Restoration Of Borobudur In Cooperation With the Asian Cultural Centre For UNESCO.
-       Commemorative Association of the Japan World Exporition.
-       Netherlands National Comitee For Borobudur
-       General Lettery in the Netherlands
-       Borobudur Restoration Supporting Group in Nagoya.
-       JDR 3rd fund New York
-       International Bussiness Machines Corporation

Usaha menyelamatkan Candi Borobudur dengan berjuta – juta Dollar mempunyai banyak manfaat bagi bangsa kita. Menurut prof. Soekomo, sesungguhnya Candi Borobudur mempunyai nilai- nilai dari pada sekedar sebagai obyek wisata yaitu sebagai benteng pertahanan kebudayaan kita. Seperti peninggalan purbakala lainnya, Candi Borobudur menjadi penegak kepribadian bangsa kita dan candi sebagai bukti nyata dari prestasi nenek moyang kita sehingga menjadi kewajiban dan tanggung jawab bangsa kita untuk meneruskan keagungan Candi Borobudur kepada anak cucu kita.

            Bantuan Internaisonal melalui UNESCO tidak semata – mata di sebabkan beratnya beban yang harus di pikul tetapi disebabkan oleh besarnya hasrat untuk mengajak sebanyak mungkin bangsa lain untuk menangani suatu proyek kemanusiaan seperti penyelamatan Candi Borobudur. (Soekmono, 1981)


BAB IV
BANGUNAN CANDI BOROBUDUR

1.      Arsitektur Bangunan
Candi Borobudur didirikan pada sebuah bukit seluas + 7,8 ha pada ketinggian 265.50 m di atas permukaan lau atau berada + 15 m di atas bukit di sekitarnya. Untuk menyesuaikan dengan profil Candi yang akan di bangun , bukit di urug dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m – 8,50 m. bentang (ukuran) candi yang di urug dari dinding terluar adalah 121,70 m x 121,40 m dengan tinggi bangunan yang masih tersisa 35,40 m dari tanah halaman.
Denah candi menyerupai bujur sangkar dengan 36 sudut pada dinding teras 1,2 & 3 tersusun dari dari batu andesit dengan system dry masonry (tanpa perekat) di perkirakan mencapai 55.000 m3  atau 2.000.000 blok batu. Untuk memperkuat kontruksi di pergunakan sambungan batu tipe ekor burung ke arah horizontal , sedang untuk arah vertical dengan system getakan.
Pada masing – masing tingkat dan setiap penjuru mata angin terdapat pintu gerbang atau tangga . pintu utama ada di sebelah timur. Bentuk Arsitektur Candi Borobudur yang sekarang , di perkirakan mengalami perubahan konsep dasar. Pentahapan yang di perkirakan Dumarcay diakibatkan candi mengalami beberapa kali kelongsoran sehingga harus mengulang pekerjaan pembangunan.
Menurut HOENIG yang di kutip oleh Bernet Kempers, rancangan semula dari Candi Borobudur adalah candi yang mempunyai 4 pintu di atas suatu undag – undag 9 tingkat, bentuk ini banyak di temui di kamboja.
Menurut H. PARMAINTIER yang di kutip Bernet Kempres (1970:104) menyebutkan bahwa pada rencana semula Candi Borobudur akan mempunyai sebuah stupa yang sangat besar sekali, yang di letakkan pada bagian yang sekarang di tempati banyak stupa. Perkiraan ini dapat dilihat dari sisa susunan batu pada tangga dinding teras + sisi barat dan utara yang akan merupakan dasar dari sebuah stupa besar dengan diameter AE 51 M (dapat di bayangkan sebagai gambaran dasar stupa pusat yang sekarang ada adalah 16,15 m dan tinggi tersisa 12,78 m).
Sedangkan menurut Sutterheim dalm bukunya :Tjandi Borobudur , Naam Vorm en Beteekens”, 1929 yang di kutip Purnama Atmadi menyebutkan hasil perubahannya , benryuknya sesuai keterangan kitab jawa Kuno” Sang Hyang Kamahayanikam” yang menguraikan filsafat agama budha , di katakana bahwa bangunan Candi Borobudur Adalah “Stupa Prasada” suatu bangunan gabungan dari stupa pada bagian atas dan piramida yang mempunyai undag- undag. Di katakana pula dalam seluruh stupa prasada dapat dibagi dalam 3 bagian dimana pembagian ini dapat pula menyatakan perbedaan dari ;
1.      Dunia nafsu , hasrat, yang di sebut Kumadhatu
2.      Dunia bentuk , wujud Rupa, yang di sebut Rupadhatu dan
3.      Dunia tanpa bentuk , tanpa wujud , tanpa rupa di sebut Aruphadatu.

Dengan uraian tersebut maka dapat di simpulkan bahwa menurut sutterhirm bentuk semula yang di punyai Candi Borobudur adalah sama  dengan bentuk yang di punyai sekarang.

2.      Susunan Bangunan
Bangunan Candi Borobudur benrbentuk limas berundak dan apabila dilihat dari atas merupakan suatu bujur sangkar. Tidak ada ruangan dimana orang bisa masuk , melainkan hanya bisa naik sampai terasnya.
            Secara keseluruhan bangunan Candi Borobudur terdiri dari 10 tingkat atau lantai yang masing – masing tingkat mempunyai maksud tersendiri. Sebgai sebuah sambungan , Candi Borobudur dapat di bagi dalam tiga (3) bagian yang terdiri dari kaki atau bagian bawah, tubuh atau bagian pusat dan puncak. Pembagian menjadi tiga tersebut sesuai benar dangan tiga lmabng atau tingkat dalam susunan ajaran Budha yaitu Kumadhatu , Rupadhatu, dan Aruphadatu, yang masing – masing mempunyai punya pengertian.





Kumadhatu
Sama dengan alam bawah tanah atau dunia hasrat/nafsu. Dalam dunia ini manusia terikat pada hasrat dan kemauan atau nafsu. Dalam dunia ini di gambarkan pada relief yang terdapat di kaki candi asli dimana.

Peta Daerah Candi Borobudur dan Sekitarnya
(Soekmono, 1981)

Rupadhatu
Sama dengan dunia antara atau dunia rupa, bentuk,wujud, dalam dunia ini manusia telah meninggalkan segala hasrat, nafsu masih terikat pada nama dan rupa, wujud, bentuk.
Bagian ini terdapat pada tingkat 1 – 5 yang berbentuk bujur sangkar.

Aruphadatu
            Sama dengan alam atas dunia tanpa , wujud, bentuk. Pada tingkat ini manusia telah bebas sama sekali dan telah memutuskan untuk selama – lamanya segala ikatan kepada dunia fana. Pada tingkat ini tidak ada rupa. Bagian ini terdapat pada teras bundar I,II dan III beserta stupa induknya.
Uraian bangunan secara teknis daptlah di rinci sebagai berikut :
-       Lebar dasar Candi Borobudur : 123 m (lebar = panjang karena bujur sangkar)
-       Tinggi bangunan                      : 35,4 setelah restorasi
 : 42 m sebelum restorasi
-       Jumlah batu (batu andesit )      : 55.000 m3 (2.000.000 jurta blok batu )
-       Jumlah stupa                           : 1 stupa induk
: 72 stupa berterawang
-       Stupa induk bergaris tengah   : 9.9 m
-       Tinggi stupa induk sampai bawah : 7 m
-       Jumlah bidang relief                : 1.460 bidang ( + 2.5 – 3 km)
-       Jumlah patung budha              : 504 buah
-       Tinggi patung budha : 1,5 m

3.      Patung Budha
Candi Borobudur tidak hanya diperindah relief cerita dan relief hias, tetapi juga patung – patung yang sangat tinggi nilainya. Namun tidak semua patung dalam keadaan utuh, banyak yang tanpa kepala atau tangan (300 buah ) dan 43 hilang. Hal ini di sebabkan oleh bencana alam dan tangan jahil atau pencurian sebelum Candi Borobudur diadakan Renovasi (sebelum tahun 1973).
            Patung – patung tersebut menggambarkan Dhyani Budha yang terdapat pada bagian Ruphadatu dan aruphadatu. Patung Budha di Candi Borobudur berjumlah 504 buah yang di tempatkan di relung – relung yang tersusun berjajar pada sisi pagar langkan dan pada teras bundar (Aruphadatu).
            Patung Budha di tingkat Rupadhatu di tempatkan dalam relief yang tersusun belajar pada sisi luar pagar langkan. Stupa –stupa berlubang di 3 lingkaran sepusat.
Disusun patung selengkapnya adalah :
Di tingkat Rupadhatu :
-       Langkah pertama        : 104 patung Budha
-       Langkah kedua           : 10 patung Budha
-       Langkah ketiga           : 88 patung Budha
-       Langkah ke empat       : 72 patung Budha
-       Langkah kelima           : 64 Patung Budha
Jumlah seluruhnya       : 432 patung Budha



            Tingkat Arupdhatu :
-       Teras bundar pertama              : 32 patung Budha
-       Teras bundar kedua                :  24 patung Budha
-       Teras bundar ketiga                 : 16 patung Budha
Jumlah seluruhnya                   : 72 patung Budha
                                                                
Apabila kita melihat sekilas patung Budha itu Nampak serupa semuanya, tetapi sesungguhnya ada juga perbedaan – perbedaannya. Perbedaan yang sangat jelas adalah sikap tangan atau yang di sebut nudra yang merupakan khas untuk setiap patung.
Sikap kedua belah tangan Budha atau Mudra dalam bahasa Sansekerta, memliki arti perlambang yang khas. Ada 6 jenis yang bermakna sedalam – dalamnya. Namun demikian karena,

 

                            
                                Patung Budha di Dinding Candi

Macam mudra yang dimiliki oleh patung – patuung yang menghadap semua arah bagian Rupadhatu (lingkaran V ) maupun di bagian Arupadhatu pada umumnya menggambarkan Maksud yang sama , maka jumlah mudra yang pokok ada 5 (soekmono, 1981).

a.       Bhumisparca – Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menyentuh  tanah. Tangan kiri terbuka dan mengadah di pangkuan, sedangkan tangan kanan menempel pada lutut kanan dengan jari – jarinya menunjuk ke bawah.
b.      Abhaya Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap tangan sedang menengangkan dan dan menyatakan “ jangan Kwatir”. Tangan kiri terbuka dan menengadah di pangkuan , sedangkan tangan kanan diangkat sedikit di atas lutut kanan dengan telapak menghadap ke muka.
c.       Dhyani Mudra
Mudra ini menggambarkan sikap Samadi. Kedua di letakkan di pangkuan , yang kanan dinatas yang kiri dengan telapaknya menengadah dan kedua jempolnya saling bertemu. Patung ini menghadap ke barat ke langkan I – IV  danmerupakan tanda khusus bagi Dhyani Budha Amithaba yang menjadi penguasa daerah Barat.
d.      Wara Mudra
Mudra ini melambangkan pemberian amal. Sepintas sikap tangan ini tampak serupa dengan Bhumisparca – Mudra tetapi telapak tangan yang kanan menghadap ke atas sedangkan jari – jarinya terletak di lutut kanan.
e.       Dharmacakra Mudra
Mudra ini melambangkan gerak memutar roda dharma. Kedua tangan diangakat sampai ke depan dada , yang kiri di bawah  yang kanan. Tangan di kiri itu menghadap ke atas. 



4.      Kunto Bima
Kunto Bimo terletak pada tingkat Arupadhatu lantai pertama sebelah kanan dari tangga pintu timur. Konon menurut cerita dahulu ada seorang raja yang ingin bertemu dengan seorang Ksatria. Kemudian sang raja menyentuh Kunto Bimo, selanjutnya Raja dapat menemukan Ksatria di maksud beberapa waktu kemudian.

5.      Stupa
Sudah di samapaikan di muka bahwa ada 2 macam stupa yaitu tuspa induk dan stupa berlubang.

Stupa Induk
Stupa induk berukuran lebih besar dari stupa – stupa yang lain dan terletak di puncak sebagai mahkota dari seluruh monument bangunan candi borobudru. Stupa induk ini mempunyai garis tengah 9.90 M dan tinggi stupa sampai bagian bawah pinakel 7 meter.
           
            Stupa Berlubang :
Stupa berlubang atau berterawang adalah stupa yang terdapat pada teras bundar I,II dan III dimana di dalamnya ada 72 buah yang terinci menjadi :
-       Teras bundar pertama terdapat  : 32 stupa berlubang
-       Teras bundar kedua terdapat : 24 stupa berlubang
-       Teras bundar ketiga terdapat : 16 stupa berlubang
Jadi jumlahnya : 72 stupa berlubang

Di samping stupa induk dan stupa berlubang masih ada stupa – stupa kecil yang bentuknya hampir sama dengan stupa yang lainnya, hanya saja stupa ini seolah – olah merupakan hiasan dari seluruh bangunan yang ada.
           



6.      Relief
Candi Borobudur tidak saja menunjukkan kemegahan arsitekturnya tetapi juga mempunyai relief (pahatan atau ukiran ) yang sangat menarik. Relief cerita yang di pahatkan pada candi itu sangat lengkap dan panjang yang tidak pernah di temui di tempatkan lain di dunia bahkan di india sekalipun.
Agar dapat menyimak ceritera dalam relief secara berurutan di lanjutkan memasuki candi melalui pintu sebelah Timur dan pada tiap tingkatan berputar ke kiri dan meninggalkan Candi di sebelaha kanan.
Relief cerita pada Candi Borobudur menggambarkan beberapa cerita yaitu :
1.      Karma wibangga , terdiri dari 160 panel , di pahatkan pada kaki tertutup
2.      Lalita wistara , terdiri dari 120 panel, di pahatkan pada dinding lorong 1 bagaian ats.
3.      Jataka dan awadana , terdiri 720 panel. Di pahatkan pada lorong 1 bagian bawah, balustrade lorong1 atas dan bawah , dan balustrade II.
4.      Gandawyuda , terdiri 460 panel , di pahatkan pada dinding lorong II dan III , balustrade III dan IV serta Badraceri dinding lorong IV.


Sebagai Relief dari 1460 Bidang



BAB V
TAMAN WISATA

Setelah pemugaran Candi Borobudur selesai, baru ada gagasan untuk lebih mengembangkan Candi Borobudur dan wilayah di sekitarnya sehingga akan dapat mendukung keberadaan Candi Borobudur sebagai pengunjung yang jika tidak di waspadai akan membawa pengaruh bagi pelestarian meupun kenyamanan penegunjung.
Itu sebabnya untuk menjaga dan melestarikannya, pemerintah membentuk
PT. Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan sebagai salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di bawah naungan Departemen Pariwisata , Pos dan Telekomunikasi.


Fasilitas – fasilitas yang di sediakan antara lain, Museum arkeologi, baik museum tertutup maupun terbuka, Borobudur Study Centre di Borobudur. Information Centre, Kebun Pembibitan , tempat penitipan barang, parker, warung , mushola dan sebagainya.
Pembangunan teman merupakan suatu usaha pembangunan yang beruang lingkup Nasional dan hanya berdiamnesi tripatra karena sekaligus merupakan pembangunan Kultural (menyangkut nilai budaya ) dan pembangunan sosial (demi kepentingan penduduk ) yang secara integral merupakan juga pembangunan suatu wilayah.


                       Kereta mini di lokasi Taman Wisata Candi Borobudur.                     






DAFTAR PUSTAKA

Soekmono , DR.
-       Riwayat usha Penyelamatan Tjandi Borobudur, Pelita Borobudur, Seri A. n.o 1 , 1972
-       Candi Borobudur, Pustaka Jaya, 1981.
Soedirman , Drs.
-       Borobudur salah satu keajaiban dunia, Yogyakarta , 1980.
Moertjipto & Bambang Prasetyo
-       A glimpse Of Temples, Direktorate General of Torisnm, Republik of Indonesia.
Yasir Marjuki & Toeti Heraty
-       Borobudur, Djambatan, 1989
Boediharjo
-       Pelestarian warisan budaya melalui pariwisata , suatu kursus studi pembanguann
      Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan.
N.N
-       Menyikap Takbir misteri Borobudur, PT. Taman Wisata Candi Borobudur dan
       Prambanan Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan. Kedaulatan Rakyat,
       tgl. 12 Februari 1983. Merdeka , tgl. 29 Januari.

-       Sinar Harapan, tanggl 17 dan 24 pebruari 1983.

      

Business Plan Donut Potato ( Donat Kentang )

Business Plan Donut Potato ( Donat Kentang ) BUSINESS PLANE DONAT KENTANG NAMA KELOMPOK : 1.       ....................